Kamis, 08 Maret 2012

Makalah Metode Penelitian


Kelompok 2 : Abdul Aziz (210609066)

 Rifqi Zakiyatul A. (210609067)

                                

MASALAH PENELITIAN


A.   PENDAHULUAN
Penelitian adalah langkah sistematis dalam upaya memecahkan masalah. Penelitian merupakan penelaahan terkendali yang mengandung dua hal pokok yaitu logika berpikir dan data atau informasi yang dikumpulkan secara empiris. Logika berpikir tampak dalam langkah-langkah sistematis mulai dari pengumpulan, pengolahan, analisis, penafsiran dan pengujian data sampai diperolehnya suatau kesimpulan. Informasi dikatakan empiris jika sumber data mengambarkan fakta yang terjadi bukan sekedar pemikiran atau rekayasa peneliti. Penelitian menggabungkan cara berpikir rasional yang didasari oleh logika/penalaran dan cara berpikir empiris yang didasari oleh fakta/ realita.
Sebelum seseorang melakukan sebuah penelitian hendaknya ia mampu untuk merumuskan  suatu masalah. Karena penentuan masalah adalah langkah yang paling pelik dari seluruh proses penelitian. Seorang peneliti harus mengerti tentang berbagai literatur ilmiah dan penguasaan lapangan. Kedua hal inilah yang nantinya akan sangat membantu seorang peneliti dalam merumuskan suatu masalah. Dalam makalah ini akan membahas tentang Hakikat masalah penelitian, Sumber masalah penelitian, Jenis permasalahan, Mengemukakan masalah penelitian, dan Merumuskan judul.



B.   PEMBAHASAN
1.     Hakikat Masalah Penelitian
Penelitian adalah “studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah, sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut”. Masalah ialah kesenjangan antara harapan akan sesuatu yang seharusnya ada dengan kenyataan yang ada.[1] Masalah adalah setiap kesulitan yang menggerakkan manusia untuk memecahkannya. Masalah harus dianggap sebagai tantangan yang harus diatasi. Masalah-masalah dalam penelitian dapat berupa kesenjangan (discrepancy) antara sesuatu yang diharapkan dengan kenyataan yang ada. Secara factual dapat berupa kesulitan yang dirasakan oleh orang awam maupun para peneliti. Masalah adalah sesuatu yang dijadikan target yang telah ditetapkan oleh seorang peneliti, tetapi target tersebut tidak tercapai. Dalam menetapkan suatu masalah diperlukan beberapa faktor pertimbangan, yaitu:[2]
a.      Apakah masalah ini berguna untuk dipecahkan
Sebelum menentukan suatu masalah, hendaknya seorang peneliti mempertimbangkan apakah pemecahan masalah ini ada manfaatnya. Ada 2 manfaat yang perlu diperhatikan yaitu : 1). Manfaat teoretis yang berkaitan erat dengan pengembangan ilmu pengetahuan. 2). Manfaat praktis yang langsung dapat dirasakan oleh praktisi atau masyarakat, seperti guru, siswa, dan kepala sekolah.
b.      Apakah masalah dapat diteliti
Suatu permasalahan dapat dikatakan dapat diteliti atau researchable, yaitu apabila masalah tersebut dapat diungkap kejelasannya melalui tindakan pengumpulan data dan dianalisis.

c.       Apakah terdapat kemampuan yang dipunyai peneliti untuk pemecahan masalah ini
Untuk menyelesaikan suatu masalah diperlukan cara-cara penyelidikan yang khusus. Karena itu, peneliti perlu bertanya kepada diri sendiri tentang cara-cara yang bagaimanakah yang sebaiknya digunakan dalam pemecahan masalah tersebut serta cara yang ditetapkan sesuai ke,mampuan peneliti. Selain itu minat dan keiginan peneliti juga mempunyai peranan penting dalam mendukung terselesaikannya penelitian.
d.      Apakah masalah itu sendiri menarik untuk dipecahkan
Masalah yang beranekaragam beraneka pula tingkat kesulitannya. Ada masalah yang memerlukan waktu pemecahan pendek, ada pula yang berjangka waktu pemecahan panjang. Peneliti harus menemukan motif yang cukup kuat yang menyebabkan peneliti tertarik pada masalah tersebut.
e.      Apakah masalah ini memberikan sesuatu yang baru
Diperlukan pengetahuan yang luas dan melalui keahlian tertentu untuk dapat menyelesaikan suatu permasalahan dalam penelitian. Untuk itu peneliti harus sering bertanya apakah pemecahan masalah itu adalah sesuatu yang baru bagi masalah yang lama atau pemecahan itu baru bagi masalah yang baru pula bagi dunia pengetahuan.

2.    Sumber Masalah Penelitian
Beberapa sumber masalah penelitian dapat dijadikan sebagai bahan untuk memperoleh ide atau pertimbangan penentuan masalah penelitian. Adapun yang menjadi sumber utama permasalahan yaitu:[3]


a)      Bacaan
Jurnal-jurnal penelitian merupakan laporan hasil-hasil penelitian yang dapat dijadikan sumber masalah. Karena laporan penelitian yang baik tentunya mencantumkan rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut. Dengan mengangkat masalah-masalah yang belum terjawab. Selain jurnal penelitian, bacaan lain yang bersifat umum juga dapat dijadikan sumber masalah misalnya buku-buku bacaan terutama yang mendeskripsikan gejala-gejala dalam kehidupan atau bacaan yang berupa tulisan yang dimuat di media cetak.
b)      Pertemuan Ilmiah
Masalah dapat diperoleh melalui pertemuan-pertemuan ilmiah, seperti seminar, diskusi, lokakarya, konferensi dan sebagainya. Dengan pertemuan ilmiah muncul berbagai permasalahan yang memerlukan jawaban melalui penelitian.
c)      Pernyataan Pemegang Kekuasaan (Otoritas)
Orang yang mempunyai kekuasaan atau otoritas cenderung menjadi figur yang dianut oleh orang-orang yang ada dibawahnya. Sesuatu yang diungkapkan oleh penguasa dapat dijadikan sumber masalah.
d)      Pengamatan (Observasi)
Pengamatan yang dilakukan seseorang tentang sesuatu yang direncanakan, baik secara pintas atau dalam jangka waktuyang lama dapat malahirkan suatu masalah. (sumber masalah)
e)      Wawancara dan Penyebaran Kuesioner
Melalui wawancara kapada masyarakat mengenai suatu kondisi aktual dilapangan dapat menemukan masalah apa yang sekarang dihadapi oleh masyarakat.


f)       Pengalaman
Pengalaman memang dapat dikatakan sebagai guru yang paling baik. Pengalaman seseorang yang diperolehnya sendiri maupun dari orang lain dapat dijadikan sumber masalah yang dapat dijawab melalui penelitian.
g)      Intuisi
Secara intuitif manusia dapat melahirkan suatu masalah. Penelitian tersebut muncul dalam pikiran manusia pada saat –saat yang tidak terencanakan. Misalnya pada saat tidur, pada saat habis sembahyang, pada saat di kamar kecil dan sebagainya.

3.    Jenis Permasalahan
Berdasarkan tingkat eksplanasinya, masalah penelitian bisa diklasifikasikan ke dalam tiga jenis bentuk masalah penelitian yaitu Deskriptif,  Komparasi, dan Asosiatif.[4]
1)                  Permasalahan Deskriptif
Permasalahan deskriptif adalah suatu permasalahan yang berkenaan dengan variabel mandiri, yaitu tanpa membuat perbandingan dan menghubungkan antar variabel masalah.
Contoh:
Ø      Bagaimana sikap masyarakat Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang terhadap KB mandiri?
Ø      Bagaimanakah tingkat pemahaman unsur-unsur intrinsik puisi siswa kelas VII SMP 22 Bandung Tahun pelajaran 2004-4005 ?
2)                  Permasalahan Komparatif
Permasalahan komparatif adalah suatu permasalahan penelitian yang bersifat membandingkan keberadaan sutu variabel pada dua sampel atau lebih.
Contoh:
Ø      Adakah perbedaan kemampuan berpidato antar siswa yang berasal dari SLTP negeri dengan siswa dari SLTP swasta?
Ø      Adakah kesamaan pola pengembangan karangan berita pada majalah dengan berita pada surat kabar?
3)                  Permasalahan Asosiatif
Permasalahan ini menghubungkan dua variabel atau lebih baik berupa hubungan simetris, kausal maupun interaktif.
Contoh :
a.       Hubungan simetris atau korelasi sejajar
Hubungan simetris atau korelasi sejajar adalah suatu hubungan antara dua variabel yang kedudukannya sejajar, tidak ada hubungan kausal.
Contoh dalam bentuk rumusan masalah :
ü      Adakah hubungan antara kemampuan di bidang matematika dengan kemampuan di bidang bahasa?
ü      Adakah hubungan antara banyaknya semut di pohon dengan tingkat manisnya buah?
b.      Hubungan kausal
Hubungan kausal adalah hubungan yang menunjukkan sebab akibat. Dengan demikian ada variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat).
Contoh dalam bentuk rumusan masalah :
ü      Adakah pengaruh banyaknya pujian terhadap semangat belajar siswa?
ü      Seberapa besar pengaruh pengetahuan jenis karangan terhadap kemampuan mengarang?
c.       Hubungan interaktif
Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Dalam jenis ini tidak diketahui mana variabel bebas dan mana variabel terikat.
Contoh dalam bentuk rumusan masalah :
ü      Adakah hubungan antara motivasi dengan prestasi belajar siswa?
ü      Adakah hubungan antara kepandaian dengan kekayaan?

4.        Mengemukakan Masalah Penelitian
Memilih masalah penelitian adalah suatu langkah awal dari suatu kegiatan penelitian, baik itu penelitian kualitatif maupun kuantitatif. Bagi orang yang belum berpengalaman meneliti, menentukan atau memilih masalah bukanlah pekerjaan yang mudah, bahkan boleh dikatakan sulit. Masalah merupakan bagian dari “kebutuhan” seseorang untuk dipecahkan. Orang ingin mengadakan penelitian, karena ia mendapat jawaban dari masalah yang dihadapi. [5]
Cara mengemukaakan masalah dalam penelitian :
Ø      Analisis Perumusan masalah
a.       Apakah rumusan masalah tersebut telah menhubungkan dua atau lebih hal atau factor (definisi masalah)? Jika ya, apakah dirumuskan secara proposional ataukah dalam bentuk diskusi atau gabungan.
b.      Apakah rumusan masalah itu dipisahkan dari tujuan penelitian? Jika ya, apakah hanya terdapat rumusan masalah atau dicampur-adukan dengan metode penelitian? Jika disatukan dengan tujuan penelitian ataukah tujuan penelitian dimaksudkan untuk memecahkan masalah? Apakah rumusan masalah yang disatukan dengan tujuan penelitian, pada maslah penelitian dibahas juga metode penelitian?
c.       Apakah uraiannya dalam bentuk deskriptif atau deskriptif disertai pertanyaan penelitian, ataukah hanya dalam bentuk pertanyaan penelitian?
d.      Apakah uraian masalah dipaparkan secara khusus sehingga telah dapat memenuhi criteria inklusi-enklusi ataukah masih berkaitan dengan masalah penelitian? Ataukah hanya dinyatakan secara implisit?
e.       Apakah kata hipotesis kerja dinyatakan secara ekplisit dan berkaitan dengan masalah penelitian? Ataukah hanya dinyatakan secara implicit?
f.        Apakah secara tegas pembatasan studi dinyatakan dengan istilah focus, secara ekplisit atau tidak, dan apakah focus itu merupakan masalah?
Ø      Prinsip-prinsip perumusan masalah :
a.       Prinsip yang berkaitan dengan Teori dari Dasar.
b.      Prinsip yang berkaitan dengan Maksud Perumusan Masalah.
c.        Prinsip Hubungan Faktor
d.      Focus sebagai Wahana untuk Membatasi Studi
e.       Prinsip yang berkaitan dengan Kriteria Inklusi-Ekslusi
f.        Prinsip yang berkatan dengan Bentuk dan Cara Perumusan Masalah.
g.       Prinsip sehubungan dengan Posisi Perumusan Masalah.
h.       Prinsip yang berkaitan dengan Hasil Penelaahan Kepustakaan.
i. Prinsip yang berkaitan dengan Penggunaan Bahasa

5.        Merumuskan Judul
Dalam merumusakan judul, hal-hal yang perlu diperhatikan dengan baik adalah sebagai berikut:[6]
a.           Judul harus dituliskan dengan kalimat pernyataan, bukan pertanyaan. Contoh, “Dampak Ketidakdisiplinan Siswa Terhadap Kegiatan Belajar Mengajar Disekolah”.
b.           Judul harus cukup jelas, singkat dan tepat.
c.           Judul harus berisi variabel-variabel yang akan diteliti.
d.          Judul harus dapat menggambarkan keseluruhan isi dari kegiatan penelitian. Judul penelitian harus menggambarkan :
·        Sifat dan jenis penelitian,
·         Objek yang diteliti,
·         Subjek penelitian,
·         Lokasi/daerah penelitian, dan
·         Waktu terjadinya peristiwa (tahun).

Contoh-contoh Judul Penelitian Kualitatif :
a.       Judul penelitian dalam penelitian kualitatif pada umumnya disusun berdasarkan pada masalah yang telah ditetapkan. Masalah sifatnya sementara dan holistik (menyeluruh) dan kemungkinan bisa berkembang setelah memasuki lapangan penelitian.
b.      Judul dalam penelitian kualitatif tidak mencerminkan variable, tetapi lebih pada upaya untuk mengungkapkan fenomena dalam situasi soSial secara luas dan mendalam serta berusaha menemukan teori.
Berikut contoh-contoh judul penelitian kualitatif :
1.      Efektifitas Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah di SMA X….
2.       Pelaksanaan Pembelajaran dengan KTSP di SMP.….
3.      Pola Pendidikan Anak Keluarga Miskin di Daerah Industri ……
4.      Model Perencanaan Pendidikan di Era Otonomi Daerah ….
5.      Profil Guru yang Efektif Mendidik Anak di ……
6.      Gaya Belajar Anak-anak SD yang Berbakat di …..
7.      Manajemen Keluarga Petani dalam Menyekolahkan Anak-anaknya di desa…..
8.      Profil Kepala Sekolah yang Profesional dalam Mengelola Pendidikan…
9.      Strategi Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Pendidikan Agama Islam di... .
Rummel memandang suatu usul proyek research perlu diisi lima unsure sebagai berikut :[7]
a.       Statement of the problem (Pemaparan masalahnya)
b.      The Necessary Data (Data yang diperlukan)
c.       The Procedure to be Followed (Prosedur-prosedur yang akan ditempuh)
d.      The Expected Finshings and Hypothetical Conclusions (Apa yang ingin diketemukan dan konklusi-konklusi hipotetek apa yang diharapkan)
e.       Posible Recommandations of Implications of  the Expected Result (Kemungkinan-kemungkinan rekomendasi atau implikasi dari hasil yang diharapkan).
  1. KESIMPULAN
Penelitian adalah langkah sistematis dalam upaya memecahkan masalah. Penelitian merupakan penelaahan terkendali yang mengandung dua hal pokok yaitu logika berpikir dan data atau informasi yang dikumpulkan secara empiris..Masalah adalah setiap kesulitan yang menggerakkan manusia untuk memecahkannya. Masalah harus dianggap sebagai tantangan yang harus diatasi. Masalah-masalah dalam penelitian dapat berupa kesenjangan (discrepancy) antara sesuatu yang diharapkan dengan kenyataan yang ada. Secara factual dapat berupa kesulitan yang dirasakan oleh orang awam maupun para peneliti. Beberapa sumber masalah penelitian dapat dijadikan sebagai bahan untuk memperoleh ide atau pertimbangan penentuan masalah penelitian. Adapun yang menjadi sumber utama permasalahan yaitu : Bacaan, Pertemuan ilmiah, Pernyataan pemegang kekuasaan, Pengamatan, Wawancara dan penyebaran kuesioner, pengalaman dan intuisi. Berdasarkan tingkat eksplanasinya, masalah penelitian bisa diklasifikasikan ke dalam tiga jenis bentuk masalah penelitian yaitu Deskriptif,  Komparasi, dan Asosiatif. Cara mengemukaakan masalah dalam penelitian, Analisis perumusan masalah dan prinsip-prinsip perumusan masalah. Dalam merumusakan judul, hal-hal yang perlu diperhatikan dengan baik adalah 1). Judul harus dituliskan dengan kalimat pernyataan, bukan pertanyaan, 2). Judul harus cukup jelas, singkat dan tepat, 3). Judul harus berisi variabel-variabel yang akan diteliti, 4). Judul harus dapat menggambarkan keseluruhan isi dari kegiatan penelitian.




DAFTAR PUSTAKA


AR. Syamsuddin dkk, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007)
Margono. S, Metodologi Penelitian Pendidikan. (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2009).
Rianto Yatim, Metodologi Penelitian Pendidikan. (Surabaya : SIC Surabaya Angota IKAPI, 1996). Hml.1-2




[1] S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan. (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2009). Hml. 54
[2] Syamsuddin AR dkk, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007). Hml. 43-44
[3] Yatim Rianto, Metodologi Penelitian Pendidikan. (Surabaya : SIC Surabaya Angota IKAPI, 1996). Hml.1-2
[7] S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan. (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2009). Hml. 58

Senin, 05 Maret 2012

P3K PRAMUKA


P3K  PRAMUKA

Ketrampilan P3K

1. Ketrampilan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) merupakan salah satu kegiatan kepramukaan yang memberikan bekal peserta didik dalam hal pengalaman :

a. Kewajiban diri untuk mengamalkan kode kehoramatan pramuka

b. Kepeduliannya terhadap masyarakat/orang lain

c. Kepeduliannya terhadap usaha meningkatkan citra Gerakan Pramuka di masyarakat

2. Ketrampilan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan merupakan seperangkat ketrampilan dan pengetahuan kesehatan yang praktis dalam memberikan bantuan pertama kepada orang lain yang sedang mengalami musibah, antara lain pada pasien yang :

a. Berhenti bernafas

b. Pendarahan parah

c. Shok

d. Patah tulang

3. Ketrampilan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan dan Pengetahuan Praktis tentang Kesehatan merupakan alat pendidikan bagi para pramuka sesuai selaras dengan perkembangannya agar mampu menjaga kesehatan dirinya dan keluarga serta lingkunganny, dan mempunyai kemampuan yang mantap untuk menolong orang lain yang mengalami kecelakaan.


MATERI POKOK

1. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)


a. P3K bagi pasien yang berhenti bernafas

Kalau seseorang tiba-tiba napasnya berhenti, apapun latar belakangnya, harus segera dilakukan nafas buatan.

Cara yang paling praktis dan efisien untuk menyelamatkan nyawa orang tersebut adalah dengan jalan : meniupkan nafas ke paru-paru korban.

Langkah-langkah pertolongan dengan napas buatan dari mulut ke mulut/hidung sebagai berikut :

1) Kepala korban diletakkan dengan posisi dagu mendongak ke atas

2) Rahang ditarik sampai mulut terbuka

3) Penolong membuka mulut lebar-lebar dan ditempelkan ke mulut korban rapat-rapat dan pencet hidung atau tutup hidung korban dengan pipi, atau dapat juga dengan jalan tutup mulut korban rapat-rapat selanjutnya penolong menempelkan mulutnya ke hidung korban dan meniupnya.

4) Tiup ke mulut/hidung korban, kepada :

a) Orang dewasa secara teratur dan kuat ditiupkan 12 kali tiupan pada setiap menit.

b) Anak-anak ditiupkan 20 kali tiap menit


b. P3K bagi korban Sengatan Listrik

1) Penolong hendaknya berdiri di atas karet, karton, papan, atau karpet yang dalam keadaan kering

2) Gunakan tongkat kering/papan kering untuk menarik atau mendorong kawat beraliran listrik yang menempel pada tubuh korban

3) Setelah kontak dengan aliran listrik tiada lagi, selanjutnya segera dilakukan nafas buatan sampai bantuan medis datang


c. P3K bagi pasien yang menderita pendarahan parah

1) Luka hendaknya ditutup kain kasa kompres yang steril, selanjutnya kain kasa kompres tersebut ditekan kuat-kuat dengan tangan sampai pendarahan berhenti.

Untuk menutup luka biasa juga menggunakan bahan yang bersih lainnya, misalnya kasa steril, saputangan bersih lainnya, handuk atau sobekan sprei yang semuanya sudah dicuci dan disetrika.

Kalau tidak tersedia peralatan yang steril, jangan ragu-ragu lagi menggunakan baju kotor atau tangan telanjang untuk menekan bagian yang luka agar darah tidak terus menerus mengucur karena kehilangan darah dari tubuh korban lebih berbahaya daripada resiko infeksi.


2) Luka yang sudah berdarah tidak boleh dibersihkan karena pendarahan akan membersihkan luka itu sendiri, yang boleh dibersihkan adalah kulit di sekitar luka, dengan air sabun atau air ledeng biasa atau air yang sudah dimasak.

3) Pada semua kasus pendarahan serius, penderita selalu diancam shok, untuk itu diselimuti dan letakkan penderita pada posisi yang paling menyenangkan dan semua yang mengikat pada tubuh harus dilepaskan termasuk ikat pinggang.


d. Pertolongan Pertama Mengurangi Shok

1) Setiap kecelakaan, kebakaran, keracunan yang parah, sering kali disertai dengan shok baik ringan atau parah, bahkan sampai fatal, karena shok merupakan reaksi tubuh yang ditandai oleh melambatnya atau terhentinya peredaran darah dan berakibat penurunan persediaan darah pada organ-organ penting.

2) Tanda-tanda Shok

a) Denyut nadi cepat tapi lemah

b) Merasa lemas

c) Muka pucat

d) Kulit dingin, kerinagt dingin di kening dan telapak tangan, kadang-kadang pasien menggigil

e) Merasa haus

f) Merasa mual

g) Nafas tidak teratur

h) Tekanan darah sangat rendah

3) Pertolongan Pertama Mengurangi Shok antara lain dilakukan dengan cara :

a) Menghentikan pendarahan

b) Meniadakan hambatan-hambatan pada saluran nafas

c) Memberi nafas buatan

d) Menyelimuti dan meletakkan penderita pada posisi yang paling menyenangkan

4) Langkah - langkah Pelaksanaan Pertolongan Pertama Mengurangi Shok :

a) Baringan korban dengan posisi kepala sama datar atau lebih rendah dari tubuh, dengan tujuan untuk menambah aliran darah ke jantung dan otak.

Bila kaki tidak patah, tungkai dapat ditinggikan 30-45 cm di atas posisi kepala.

b) Selimuti pasien dan hindarkan dari lantai serta udara dingin

c) Usahakan pasien tidak melihat lukanya

d) Pasien/penderita yang sadar, tidak muntha dan tidak mengalami luka di perut, dapat diberi larutan shok yang terdiri dari :

- 1 sendok teh garam dapur

- ½ sendok teh tepung soda kue

- 4-5 gelas air

- dan bisa juga ditambah air kelapa/kopi kental/teh

e) perlakukan pasien dengan lemah lembut, sebab rasa nyeri akibat penanganan yang kasar bisa menjerumuskan korban pada shok yang lebih parah.

f) Cepat-cepat panggil dokter



e. P3K patah tulang

1) Tanda-tanda patah tulang

a) Penderita tidak dapat menggerakkan bagian yang luka

b) Bentuk bagian yang terkena tampak tidak normal

c) Ada rasa nyeri kalau digerakkan

d) Kulit tidak terasa kalau disentuh

e) Pembengkakkan dan warna biru di sekitar kulit yang luka


2) Pedoman umum pertolongan pertama terhadap patah tulang

a) Pada umumnya patah tulang tidak pernah sebagai kasus darurat yang membutuhkan pertolongan segera, kecuali demi penyelamatan jiwa korban. Sebaiknya jangan menggerakkan atau mengganggu penderita, tunggu saja sampai dokter atau ambulans datang.

b) Kalau korban harus dipindahkan dari tempat yang membahayakan, pindahkan korban dengan cara menarik tungkai atau ketiaknya, sedang tarikannya harus searah dengan sumbu panjang badan

c) Kemudian lakukan memeriksa apakah ada luka-luka lainnya :

- hentikan pendarahan serius yang terjadi

- usahakan korban terhindar dari hambatan pernapasan

- upayakan lalu lintas udara tetap lancer

- jika diperlukan buatlah nafas buatan

- jangan meletakkan bantal di bawah kepala, tapi letakkanlah di kiri kanan kepala untuk menjaga agar leher tidak bergerak

d) Kalau bantuan medis terlambat, sedang penderita harus diangkat, jangan mencoba memperbaiki letak tulang.

Pasanglah selalu pembelat (bidai) sebelum menggerakkan atau mengangkat penderita.


3) Macam-macam patah tulang dan pertolongan pertamanya


a) Patah lengan bawah Pergelangan Tangan

• Letakkan perlahan-lahan lengan bawah tersebut ke dada hingga lengan membentuk sudut 90 derajat dengan lengan atas, sedang telapak tangan rata di dada

• Siapkan 2 pembelat ( bidai ) yang dilengkapi dengan kain pengempuk, satu untuk membelat bagian dalam, sedang yang lain untuk membelat bagian luar

• Usahakan pembelat merentang dari siku sampai ke punggung jemari

• Aturlah gendongan tangan ke leher sedemikian rupa sehingga ketinggian ujung-ujung jari hanya 7,5-10 cm dari siku





Patah Tulang lengan Atas (siku ke bahu)

• Letakkan tangan perlahan-lahan ke samping tubuh dalam posisi sealamiah mungkin

• Letakkan lengan bawah di dada dengan telapak tangan menempel perut

• Pasang satu pembelat (bidai) yang sudah berlapis bahan empuk di sebelah luar lengan dan ikatlah dengan 2 carik kain di atas dan di bawah bagian yang patah

• Buatlah gendongan ke leher, tempelkan ke lengan atas yang patah ke tubuh dengan handuk atau kain yang melingkari dada dan belatan (bidai)

c) Patah Tulang Lengan Bawah

Letakkan pembelat (bidai) berlapis di bawah telapak tangan, dari dekat siku sampai lewat ujung jemari.

d) Patah Tulang di paha

• Patah tulang di paha sangat berbahaya, tanggulangi shok dulu dan segera panggil dokter

• Luruskan tungkai dan tarik ke posisi normal

• Siapkan 7 pembalut panjang dan lebar

• Gunakan 2 pembelat papan lebar 10-15 cm yang dilapisi dengan kain empuk

• Panjang pembelat untuk bagian luar harus merentang dari ketiak sampai lutut, sedangkan pembelat untuk bagian dalam sepanjang dari pangkal paha sampai ke lutut.


Minggu, 04 Maret 2012

Pembelajaran Tematik MI


PEMBELAJARAN TEMATIK


Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur
Mata Kuliah : Pembelajaran Tematik MI









Disusun oleh
Rifqi Zakiyatul Anwariyah (210609067)


Dosen Pengampu
Kurnia Hidayati, M.Pd



PROGRAM STUDI PGMI
FAKULTAS TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PONOROGO
2012





PEMBELAJARAN TEMATIK

A.   PENDAHULUAN

Pencapaian kompetensi oleh siswa di sekolah dasar atau di madrasah ibtidaiyah sangat dipengaruhi oleh proses belajar yang dilakukan. Proses belajar tersebut biasanya dikendalikan oleh guru berdasarkan kurikulum yang berlaku. Sebagai seorang pendidik, seorang guru harus mengetahui karakteristik peserta didiknya agar dapat menentukan strategi, metode, model pembelajaran dan seluruh aspek yang mendukung proses belajar mengajar yang akan dilakukan. Karena pada hakikatnya pembelajaran adalah proses komunikasi transaksional antara guru dengan siswa dimana dalam proses tersebut bersifat timbal balik. Pembelajaran menekankan pada kegiatan belajar siswa yang telah dirancang guru melalui usaha yang terencana melalui prosedur atau metode tertentu agar terjadi proses perubahan tingkah laku secara komprehensif.
Seiring perkembangan jaman yang semakin modern telah mengubah paradigma kita tentang pembelajaran. Karena pembelajaran atau pendidikan yang diharapkan adalah “Active Learning”, yang menuntut siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. Guru hanya bersifat sebagai fasilitator. Guru harus bisa memilih model-model pembelajaran yang dapat melibatkan siswanya berperan secara aktif. Salah satu model pembelajaran yang diterapkan untuk kelas bawah sesuai dengan kurikulum yang berlaku (KTSP) untuk tingkat SD/ MI adalah pembelajaran Tematik. Dalam makalah ini akan membahas tentang Pengertian, Tujuan, Latar Belakang, serta Ruang Lingkup pembelajaran Tematik .



B.     PEMBAHASAN
1.     Pengertian Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat  memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik.[1] Pembelajaran tematik sering juga disebut dengan pembelajaran dan dipersamakan dengan integrated teaching and learning, integrated curriculum approach, a coherent curriculum approach. Pembelajaran terpadu adalah pendekatan untuk mengembangkan pengetahuan siswa-siswi dalam pembentukan pengetahuan berdasarkan pada interaksi dengan lingkungan dan pengalaman kehidupannya.[2] Hal ini membantu siswa-siswi untuk belajar menghubungkan apa yang telah dipelajari dan apa yang sedang dipelajari. Pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa-siswi secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik. Pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang diawali dengan suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu yang dikaitkan dengan konsep lain yang dilakukan secara spontan atau direncanakan baik dalam satu bidang studi atau lebih, dan dengan beragam pengalaman belajar siswa-siswi, maka pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Pembelajaran (thematic approach) dalam pembelajaran terpadu merupakan suatu proses dan strategi yang mengintegrasikan isi bahasa (membaca, menulis, berbicara dan mendengar) dan mengkaitkannya dengan mata pelajaran yang lain. Konsep ini mengintegrasikan bahasa (language art contents) sebagai pusat pembelajaran yang dihubungkan dengan berbagai tema atau thopik pembelajaran.[3]
Pembelajaran tematik merupakan kegiatan belajar mengajar dengan memadukan materi dari beberapa mata pelajaran dalam satu tema untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya.[4] Fokus perhatian pembelajaran tematik terletak pada proses yang ditempuh siswa saat berusaha memahami isi pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk keterampilan yang harus dikembangkannya.Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar cara ini dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama, materi dari beberapa mata pelajaran tersebut disajikan dalam tiap pertemuan, sedangkan cara kedua tiap kali pertemuan hanya menyajikan satu jenis mata pelajaran. Pada cara kedua ini, keterpaduannya diikat dengan satu tema pemersatu. Oleh karena itu, pembelajaran tematik sering juga disebut pembelajaran terpadu atau integrated learning.

2.    Tujuan Pembelajaran Tematik
Tujuan pembelajaran tematik yaitu: a). memberikan pengetahuan dan wawasan tentang pembelajaran terpadu, b). memberikan pemahaman kepada guru tentang pembelajaran tematik yang sesuai dengan perkembangan peserta didik kelas awal Sekolah Dasar, c). memberikan keterampilan kepada guru dalam menyusun perencanaan, d). melaksanakan dan melakukan penilaian dalam pembelajaran tematik, e). memberikan wawasan, pengetahuan dan pemahaman bagi pihak terkait, sehingga diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap kelancaran pelaksanaan pembelajaran tematik.[5]
Selain itu tujuan pembelajaran tematik yaitu:  a). memudahkan pemusatan perhatian pada satu tema tertentu, b). siswa-siswi mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar isi mata pelajaran dalam tema yang sama, c). pemahaman materi mata pelajaran lebih mendalam dan berkesan, d). Kompetensi dasar dapat dikembangkan dengan baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa-siswi, e). lebih dapat dirasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas, f). siswa-siswi lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam suatu mata pelajaran dan sekaligus dapat mempelajari mata pelajaran lain, g). guru dapat menghemat waktu sebab mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan dan waktu selebihnya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan remidial, pemantapan, atau pengayaan materi.[6] 
Pembelajaran tematik mempunyai tujuan diantaranya: a). Memberi peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan tiga ranah sasaran pendidikan secara bersamaan, b). Memberi peluang kepada peserta didik untuk membangun sinergi  kemampuan, sehingga tujuan tujuan utuh pendidikan dapat dicapai, c). meningkatkan realita sehari-hari dalam kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.[7]

3.    Latar Belakang Pembelajaran Tematik
Peserta didik yang berada pada sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya tingkat perkembangan masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) serta mampu memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek konkrit dan pengalaman yang dialami secara langsung.[8] Saat ini, pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SD  kelas I – III untuk setiap mata pelajaran dilakukan secara terpisah, misalnya IPA  2 jam pelajaran, IPS 2 jam pelajaran, dan Bahasa Indonesia 2 jam pelajaran. Dalam pelaksanaan kegiatannya dilakukan secara murni mata pelajaran yaitu hanya mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang berhubungan dengan mata pelajaran itu. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak yang masih melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (holistic), pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah akan menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berpikir holistik dan membuat kesulitan bagi peserta didik.
Selain itu, dengan pelaksanaan pembelajaran yang terpisah,  muncul permasalahan pada kelas rendah (I-III) antara lain adalah tingginya angka mengulang kelas dan putus sekolah. Angka mengulang kelas dan angka putus sekolah peserta didik kelas I SD jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang lain. Data tahun 1999/2000 memperlihatkan bahwa angka mengulang kelas satu sebesar 11,6% sementara pada kelas dua 7,51%, kelas tiga 6,13%, kelas empat 4,64%, kelas lima 3,1%, dan kelas enam 0,37%. Pada tahun yang sama angka putus sekolah kelas satu sebesar 4,22%, masih jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas dua 0,83%, kelas tiga 2,27%, kelas empat 2,71%, kelas lima 3,79%, dan kelas enam 1,78%.[9]
Angka nasional tersebut semakin memprihatinkan jika dilihat dari data di masing-masing propinsi terutama yang hanya memiliki sedikit  taman Kanak-kanak. Hal itu terjadi terutama di daerah terpencil. Pada saat ini hanya sedikit peserta didik kelas SD yang mengikuti pendidikan prasekolah sebelumnya. Tahun 1999/2000 tercatat hanya 12,61% atau 1.583.467 peserta didik usia 4-6 tahun yang masuk Taman Kanak-kanak, dan kurang dari 5 % Peserta didik berada pada  pendidikan prasekolah lain.
Permasalahan tersebut menunjukkan bahwa kesiapan sekolah sebagian besar peserta didik kelas awal SD di Indonesia cukup rendah. Sementara itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik yang telah masuk Taman Kanak-Kanak memiliki kesiapan bersekolah lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang tidak mengikuti pendidikan Taman Kanak-Kanak. Selain itu, perbedaan pendekatan, model, dan prinsip-prinsip pembelajaran antara kelas satu dan dua SD dengan pendidikan pra-sekolah dapat juga menyebabkan peserta didik yang telah mengikuti pendidikan pra-sekolah pun dapat saja mengulang kelas atau bahkan putus sekolah. [10]
Atas dasar pemikiran di atas dan dalam rangka implementasi Standar Isi yang termuat dalam Standar Nasional Pendidikan, maka pembelajaran pada kelas awal SD yakni kelas satu, dua, dan tiga lebih sesuai jika dikelola dalam pembelajaran terpadu melalui pendekatan pembelajaran tematik. Untuk memberikan gambaran tentang pembelajaran tematik yang dapat menjadi acuan dan contoh konkret, disiapkan model pelaksanaan pembelajaran tematik untuk SD/MI kelas I hingga kelas III.

4.        Ruang Lingkup Pembelajaran Tematik
Ruang lingkup pengembangan pembelajaran tematik meliputi seluruh mata pelajaran pada kelas I – III SD, yaitu: Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan Keterampilan, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.[11]

C.     KESIMPULAN
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat  memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik. Pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang diawali dengan suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu yang dikaitkan dengan konsep lain yang dilakukan secara spontan atau direncanakan baik dalam satu bidang studi atau lebih, dan dengan beragam pengalaman belajar siswa-siswi, maka pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Tujuan pembelajaran tematik yaitu: a). memberikan pengetahuan dan wawasan tentang pembelajaran terpadu, b). memberikan pemahaman kepada guru tentang pembelajaran tematik yang sesuai dengan perkembangan peserta didik kelas awal Sekolah Dasar, c). memberikan keterampilan kepada guru dalam menyusun perencanaan, d). melaksanakan dan melakukan penilaian dalam pembelajaran tematik, e). memberikan wawasan, pengetahuan dan pemahaman bagi pihak terkait, sehingga diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap kelancaran pelaksanaan pembelajaran tematik.
Peserta didik yang berada pada sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Selain itu, dengan pelaksanaan pembelajaran yang terpisah,  muncul permasalahan pada kelas rendah (I-III) antara lain adalah tingginya angka mengulang kelas dan putus sekolah. Atas dasar pemikiran di atas dan dalam rangka implementasi Standar Isi yang termuat dalam Standar Nasional Pendidikan, maka pembelajaran pada kelas awal SD yakni kelas satu, dua, dan tiga lebih sesuai jika dikelola dalam pembelajaran terpadu melalui pendekatan pembelajaran tematik. Untuk memberikan gambaran tentang pembelajaran tematik yang dapat menjadi acuan dan contoh konkret, disiapkan model pelaksanaan pembelajaran tematik untuk SD/MI kelas I hingga kelas III.
Ruang lingkup pengembangan pembelajaran tematik meliputi seluruh mata pelajaran pada kelas I – III SD, yaitu: Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan Keterampilan, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.







DAFTAR PUSTAKA

Asep Herry Hernawan. Belajar dan Pembelajaran sekolah Dasar. (Bandung: UPI Press, 2007).
Kurnia hidayati, Pembelajaran Tematik. (Ponorogo: STAIN PO Press, 2009).
Udin Syaefuddin Saud, dkk. Pembelajaran Terpadu. (Bandung: UPI Press, 2006).


[2] Kurnia hidayati, Pembelajaran Tematik. (Ponorogo: STAIN PO Press, 2009). Hlm. 6
[3] Udin Syaefuddin Saud, dkk. Pembelajaran Terpadu. (Bandung: UPI Press, 2006). Hlm. 8
[4] Asep Herry Hernawan. Belajar dan Pembelajaran sekolah Dasar. (Bandung: UPI Press, 2007). Hlm. 128
5 Kurnia hidayati, Pembelajaran... hlm. 7
[7] Asep Herry Hernawan. Belajar.... hlm. 129
[9] Kurnia Hidayati, Pembelajaran... hlm. 7
[11] ibid