PEMBELAJARAN TEMATIK
Disusun
untuk memenuhi tugas terstruktur
Mata
Kuliah : Pembelajaran Tematik MI
Disusun oleh
Rifqi Zakiyatul Anwariyah (210609067)
Dosen Pengampu
Kurnia
Hidayati, M.Pd
PROGRAM STUDI PGMI
FAKULTAS TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PONOROGO
2012
PEMBELAJARAN TEMATIK
A.
PENDAHULUAN
Pencapaian kompetensi oleh siswa di sekolah dasar atau
di madrasah ibtidaiyah sangat dipengaruhi oleh proses belajar yang dilakukan.
Proses belajar tersebut biasanya dikendalikan oleh guru berdasarkan kurikulum
yang berlaku. Sebagai seorang pendidik, seorang guru harus mengetahui
karakteristik peserta didiknya agar dapat menentukan strategi, metode, model
pembelajaran dan seluruh aspek yang mendukung proses belajar mengajar yang akan
dilakukan. Karena pada hakikatnya pembelajaran adalah proses komunikasi
transaksional antara guru dengan siswa dimana dalam proses tersebut bersifat
timbal balik. Pembelajaran menekankan pada kegiatan belajar siswa yang telah
dirancang guru melalui usaha yang terencana melalui prosedur atau metode
tertentu agar terjadi proses perubahan tingkah laku secara komprehensif.
Seiring perkembangan jaman yang semakin modern telah
mengubah paradigma kita tentang pembelajaran. Karena pembelajaran atau
pendidikan yang diharapkan adalah “Active Learning”, yang
menuntut siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. Guru hanya
bersifat sebagai fasilitator. Guru harus bisa memilih model-model
pembelajaran yang dapat melibatkan siswanya berperan secara aktif. Salah satu
model pembelajaran yang diterapkan untuk kelas bawah sesuai dengan kurikulum
yang berlaku (KTSP) untuk tingkat SD/ MI adalah pembelajaran Tematik. Dalam
makalah ini akan membahas tentang Pengertian, Tujuan, Latar Belakang,
serta Ruang Lingkup pembelajaran Tematik .
B.
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Pembelajaran Tematik
Pembelajaran
tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan
beberapa mata pelajaran sehingga dapat
memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik.[1]
Pembelajaran tematik sering juga disebut dengan pembelajaran dan dipersamakan
dengan integrated teaching and learning, integrated curriculum approach, a
coherent curriculum approach. Pembelajaran terpadu adalah pendekatan untuk
mengembangkan pengetahuan siswa-siswi dalam pembentukan pengetahuan berdasarkan
pada interaksi dengan lingkungan dan pengalaman kehidupannya.[2]
Hal ini membantu siswa-siswi untuk belajar menghubungkan apa yang telah
dipelajari dan apa yang sedang dipelajari. Pembelajaran terpadu merupakan suatu
sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa-siswi secara individual maupun
kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan
secara holistik, bermakna, dan otentik. Pembelajaran terpadu adalah
pembelajaran yang diawali dengan suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang
dikaitkan dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu yang dikaitkan dengan
konsep lain yang dilakukan secara spontan atau direncanakan baik dalam satu
bidang studi atau lebih, dan dengan beragam pengalaman belajar siswa-siswi,
maka pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Pembelajaran
(thematic approach) dalam pembelajaran terpadu merupakan suatu proses dan
strategi yang mengintegrasikan isi bahasa (membaca, menulis, berbicara dan
mendengar) dan mengkaitkannya dengan mata pelajaran yang lain. Konsep ini
mengintegrasikan bahasa (language art contents) sebagai pusat pembelajaran yang
dihubungkan dengan berbagai tema atau thopik pembelajaran.[3]
Pembelajaran
tematik merupakan kegiatan belajar mengajar dengan memadukan materi dari beberapa
mata pelajaran dalam satu tema untuk memberikan pengalaman bermakna kepada
siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, siswa akan
memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan
menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya.[4]
Fokus perhatian pembelajaran tematik terletak pada proses yang ditempuh siswa
saat berusaha memahami isi pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk
keterampilan yang harus dikembangkannya.Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
cara ini dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama, materi dari beberapa
mata pelajaran tersebut disajikan dalam tiap pertemuan, sedangkan cara kedua
tiap kali pertemuan hanya menyajikan satu jenis mata pelajaran. Pada cara kedua
ini, keterpaduannya diikat dengan satu tema pemersatu. Oleh karena itu,
pembelajaran tematik sering juga disebut pembelajaran terpadu atau integrated
learning.
2. Tujuan Pembelajaran Tematik
Tujuan
pembelajaran tematik yaitu: a). memberikan pengetahuan dan wawasan tentang
pembelajaran terpadu, b). memberikan pemahaman kepada guru tentang pembelajaran
tematik yang sesuai dengan perkembangan peserta didik kelas awal Sekolah Dasar,
c). memberikan keterampilan kepada guru dalam menyusun perencanaan, d). melaksanakan
dan melakukan penilaian dalam pembelajaran tematik, e). memberikan wawasan,
pengetahuan dan pemahaman bagi pihak terkait, sehingga diharapkan dapat
memberikan dukungan terhadap kelancaran pelaksanaan pembelajaran tematik.[5]
Selain itu
tujuan pembelajaran tematik yaitu: a).
memudahkan pemusatan perhatian pada satu tema tertentu, b). siswa-siswi mampu
mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar isi
mata pelajaran dalam tema yang sama, c). pemahaman materi mata pelajaran lebih
mendalam dan berkesan, d). Kompetensi dasar dapat dikembangkan dengan baik
dengan mengaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa-siswi,
e). lebih dapat dirasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan
dalam konteks tema yang jelas, f). siswa-siswi lebih bergairah belajar karena
dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan
dalam suatu mata pelajaran dan sekaligus dapat mempelajari mata pelajaran lain,
g). guru dapat menghemat waktu sebab mata pelajaran yang disajikan secara
tematik dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga
pertemuan dan waktu selebihnya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan remidial,
pemantapan, atau pengayaan materi.[6]
Pembelajaran
tematik mempunyai tujuan diantaranya: a). Memberi peluang kepada peserta didik
untuk mengembangkan tiga ranah sasaran pendidikan secara bersamaan, b). Memberi
peluang kepada peserta didik untuk membangun sinergi kemampuan, sehingga tujuan tujuan utuh pendidikan
dapat dicapai, c). meningkatkan realita sehari-hari dalam kegiatan pembelajaran
yang dapat meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dalam kegiatan
pembelajaran.[7]
3. Latar Belakang Pembelajaran Tematik
Peserta didik yang berada pada sekolah dasar kelas
satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh
aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang
sangat luar biasa. Pada umumnya tingkat perkembangan masih melihat segala
sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) serta mampu memahami hubungan antara
konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung kepada
objek-objek konkrit dan pengalaman yang dialami secara langsung.[8]
Saat ini, pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SD kelas I – III untuk
setiap mata pelajaran dilakukan secara terpisah, misalnya IPA 2 jam
pelajaran, IPS 2 jam pelajaran, dan Bahasa Indonesia 2 jam pelajaran. Dalam
pelaksanaan kegiatannya dilakukan secara murni mata pelajaran yaitu hanya
mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
berhubungan dengan mata pelajaran itu. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak
yang masih melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (holistic), pembelajaran
yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah akan menyebabkan kurang
mengembangkan anak untuk berpikir holistik dan membuat kesulitan bagi peserta
didik.
Selain itu, dengan pelaksanaan pembelajaran yang
terpisah, muncul permasalahan pada kelas rendah (I-III) antara lain
adalah tingginya angka mengulang kelas dan putus sekolah. Angka mengulang kelas
dan angka putus sekolah peserta didik kelas I SD jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan kelas yang lain. Data tahun 1999/2000 memperlihatkan bahwa angka
mengulang kelas satu sebesar 11,6% sementara pada kelas dua 7,51%, kelas tiga
6,13%, kelas empat 4,64%, kelas lima 3,1%, dan kelas enam 0,37%. Pada tahun
yang sama angka putus sekolah kelas satu sebesar 4,22%, masih jauh lebih tinggi
jika dibandingkan dengan kelas dua 0,83%, kelas tiga 2,27%, kelas empat 2,71%,
kelas lima 3,79%, dan kelas enam 1,78%.[9]
Angka nasional tersebut semakin memprihatinkan jika
dilihat dari data di masing-masing propinsi terutama yang hanya memiliki
sedikit taman Kanak-kanak. Hal itu terjadi terutama di daerah terpencil.
Pada saat ini hanya sedikit peserta didik kelas SD yang mengikuti pendidikan
prasekolah sebelumnya. Tahun 1999/2000 tercatat hanya 12,61% atau 1.583.467
peserta didik usia 4-6 tahun yang masuk Taman Kanak-kanak, dan kurang dari 5 %
Peserta didik berada pada pendidikan prasekolah lain.
Permasalahan tersebut menunjukkan bahwa kesiapan
sekolah sebagian besar peserta didik kelas awal SD di Indonesia cukup rendah.
Sementara itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik yang telah
masuk Taman Kanak-Kanak memiliki kesiapan bersekolah lebih baik dibandingkan
dengan peserta didik yang tidak mengikuti pendidikan Taman Kanak-Kanak. Selain
itu, perbedaan pendekatan, model, dan prinsip-prinsip pembelajaran antara kelas
satu dan dua SD dengan pendidikan pra-sekolah dapat juga menyebabkan peserta
didik yang telah mengikuti pendidikan pra-sekolah pun dapat saja mengulang
kelas atau bahkan putus sekolah. [10]
Atas dasar pemikiran di atas dan dalam rangka
implementasi Standar Isi yang termuat dalam Standar Nasional
Pendidikan, maka pembelajaran pada kelas awal SD yakni kelas satu,
dua, dan tiga lebih sesuai jika dikelola dalam pembelajaran terpadu melalui
pendekatan pembelajaran tematik. Untuk memberikan gambaran tentang pembelajaran
tematik yang dapat menjadi acuan dan contoh konkret, disiapkan model
pelaksanaan pembelajaran tematik untuk SD/MI kelas I hingga kelas III.
4.
Ruang Lingkup Pembelajaran
Tematik
Ruang
lingkup pengembangan pembelajaran tematik meliputi seluruh mata pelajaran pada
kelas I – III SD, yaitu: Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, Matematika,
Ilmu Pengetahuan Alam, Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial,
Seni Budaya dan Keterampilan, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.[11]
C. KESIMPULAN
Pembelajaran
tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan
beberapa mata pelajaran sehingga dapat
memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik. Pembelajaran
terpadu adalah pembelajaran yang diawali dengan suatu pokok bahasan atau tema
tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu yang
dikaitkan dengan konsep lain yang dilakukan secara spontan atau direncanakan
baik dalam satu bidang studi atau lebih, dan dengan beragam pengalaman belajar
siswa-siswi, maka pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Tujuan
pembelajaran tematik yaitu: a). memberikan pengetahuan dan wawasan tentang
pembelajaran terpadu, b). memberikan pemahaman kepada guru tentang pembelajaran
tematik yang sesuai dengan perkembangan peserta didik kelas awal Sekolah Dasar,
c). memberikan keterampilan kepada guru dalam menyusun perencanaan, d). melaksanakan
dan melakukan penilaian dalam pembelajaran tematik, e). memberikan wawasan,
pengetahuan dan pemahaman bagi pihak terkait, sehingga diharapkan dapat
memberikan dukungan terhadap kelancaran pelaksanaan pembelajaran tematik.
Peserta didik yang berada pada sekolah dasar kelas
satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh
aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang
sangat luar biasa. Selain itu, dengan pelaksanaan pembelajaran yang
terpisah, muncul permasalahan pada kelas rendah (I-III) antara lain
adalah tingginya angka mengulang kelas dan putus sekolah. Atas dasar pemikiran
di atas dan dalam rangka implementasi Standar Isi yang termuat dalam Standar
Nasional Pendidikan, maka pembelajaran pada kelas awal SD yakni
kelas satu, dua, dan tiga lebih sesuai jika dikelola dalam pembelajaran terpadu
melalui pendekatan pembelajaran tematik. Untuk memberikan gambaran tentang pembelajaran
tematik yang dapat menjadi acuan dan contoh konkret, disiapkan model pelaksanaan
pembelajaran tematik untuk SD/MI kelas I hingga kelas III.
Ruang
lingkup pengembangan pembelajaran tematik meliputi seluruh mata pelajaran pada
kelas I – III SD, yaitu: Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, Matematika,
Ilmu Pengetahuan Alam, Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial,
Seni Budaya dan Keterampilan, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Asep Herry Hernawan. Belajar dan Pembelajaran
sekolah Dasar. (Bandung: UPI Press, 2007).
http://mbegedut.blogspot.com/2011/01/latar-belakang-tujuan-ruang-lingkup.html. diakses tanggal 3 Maret 2012 Jam. 09.30
WIB
Kurnia hidayati, Pembelajaran Tematik. (Ponorogo:
STAIN PO Press, 2009).
Udin
Syaefuddin Saud, dkk. Pembelajaran Terpadu. (Bandung: UPI Press, 2006).
[1] http://mbegedut.blogspot.com/2011/01/latar-belakang-tujuan-ruang-lingkup.html. diakses tanggal 3 Maret
2012 Jam. 09.40 WIB
[2]
Kurnia hidayati, Pembelajaran
Tematik. (Ponorogo: STAIN PO Press, 2009). Hlm. 6
[3] Udin Syaefuddin Saud, dkk. Pembelajaran
Terpadu. (Bandung: UPI Press, 2006). Hlm. 8
[4]
Asep Herry Hernawan. Belajar dan Pembelajaran sekolah Dasar. (Bandung: UPI Press,
2007). Hlm. 128
[5] http://mbegedut.blogspot.com/2011/01/latar-belakang-tujuan-ruang-lingkup.html. Diakses tanggal 3 Maret
2012 Jam. 09.40 WIB
[8] http://mbegedut.blogspot.com/2011/01/latar-belakang-tujuan-ruang-lingkup.html/. Diakses tanggal 3 Maret 2012 jam 09.40
WIB
[10] http://mbegedut.blogspot.com/2011/01/latar-belakang-tujuan-ruang-lingkup.html/. Diakses tanggal 3 Maret 2012 jam 09.40
WIB
[11] ibid
bagus makalah kamu qi, untuk pembelajaran tematik q juga masih baru ini mengikuti jadi masih belum mengerti.
BalasHapusmungkin bisa diberi satu contoh saja untuk pembelajaran tematik yang memadukan atau mengaitkan antara satu pelajaran dengan mata pelajaran yang lain!! satu contoh saja.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusAdakah cara lain selain dua cara dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang tellah disebutkan dimakalah anda?
BalasHapusmungkin bisa diberikan contoh dan bukti secara otentik tentang P.agama dan Penjaskes yang bisa dijadikan ke dalam satu tema?? karena di atas anda menyebutkan tentang ruang lingkup p.tematik yg meliputi seluruh mata pelajaran, yang terdiri dari P.agama, Pkn, SBK, IPA, Penjaskes, IPS, B.Indonesia, dan matematika. dan saya pun belum pernah menemukan di dalam buku tematik P.agama dan Penjas dijadikan ke dalam satu tema..
BalasHapus